AHMADIYAH: AGAMA BARU

Nama adalah penanda. Nama juga adalah definisi. Seseorang tidak bisa mengaku atau disebut sebagai muslim jika tidak terdapat ciri dan sarat keislaman pada dirinya. Seorang air marshall yang setiap hari naik pesawat untuk menjaga keamanan tidak bisa disebut pilot. Apalagi seseorang yang setiap harinya bekerja di sawah. Jika air marshall tiba-tiba mengaku sebagai pilot dan memaksa untuk menerbangkan pesawat dengan alasan setiap hari ikut terbang, maka semua orang akan protes. Ia harus dihentikan dari kegilaanya karena bisa mencelakakan banyak orang. Jika ia tetap mengaku sebagai air marshall lalu melakukan improvisasi dalam melaksanakan tugasnya maka tidak akan terlalu banyak orang yang protes sepanjang dia tetap konsentrasi pada tugasnya menjaga keamanan selama penerbangan.

Jika seseorang mengingkari salah satu keyakinan pokok dalam Islam, apakah dia bisa disebut muslim? Tentu saja tidak bisa. Jika ada orang tidak percaya bahwa nabi terkahir adalah Muhammad, maka dia tidak bisa disebut sebagai muslim. Demikian juga kalau ada orang yang tidak mengakui ketuhanan Jesus, maka dia tidak boleh mengaku sebagai seorang kristen. lalu, bolehkah seseorang mengingkari ketuhanan Jesus? Bolehkan seseorang mengingkari bahwa nabi terakhir adalah Muhammad? Jawabannya juga boleh. Bahkan membuat agama baru juga boleh boleh saja.


Tidak ada paksaan dalam beragama

Tidak ada paksaan dalam beragama. Artinya, seseorang boleh memilih untuk menjadi muslim, kristen, hindu dan sebainya. Siapapun boleh tidak mempercayai ketuhanan Jesus. Tapi akal sehat tidak mengijikannnya untuk mengaku sebagai seorang kristen. Begitu pula halnya dengan orang yang tidak mengakui bahwa nabi terakhir adalah Muhammad, dia tidak boleh mengaku sebagai muslim. Tapi pengingkaranya tetap diperbolehkan.

Apa yang salah pada ajaran ahmadiyah? Yang salah adalah pengakuan para pengikutnya bahwa mereka adalah muslim. Adapun pengingkaran mereka terhadap khatmu al nubuwwah adalah hak mereka. Demikian juga kepercayaan mereka terhadap kenabian Mirza Ghulam Ahmad. Mereka berhak atas keyakinan dan kepercayaan mereka. Termasuk jika mereka memiliki hukum-hukum syari'ah yang tidak sesuai dengan ajaran Islam.


Khatmu al nubuwwah adalah ketetapan yang harus diyakini oleh setiap muslim. Tidak akan ada nabi lagi setelah Muhammad SAW. Tak akan ada seorangpun muslim yang berakal dan jujur mengingkari dalil-dalil yang menunjukkan bahwa Muhammad saw. adalah nabi terkahir. Konsekuensinya, jika ada orang yang meyakini bahwa ada manusia setelah muhammad saw. diutus untuk menjadi nabi, maka orang tersebut tidak bisa disebut sebagai muslim. Meskipun orang tersebut beribu-ribu kali mengaku sebagai muslim dan melaksanakan sholat.

Jadi konteks ayat Laa Ikraaha Fi al Diin adalah dalam memilih agama dan keyakinan. Bukan kebebasan mencampuraduk agama dan kepercayaan. Mencampuradukkan keyakinan dan agama bukan saja dilarang oleh Tuhan, tapi juga menyakiti dan mengganggu orang lain. bahkan ia bisa merupakan pelecehan dan penistaan terhadap agama.

Menurut Dr. Thoha Al Dasuqi Hubaisy yang menyebut aliran Ahmadiyah dengan nama Al Qodianiyah, selain pengingkaran mereka terhadap keyakinan khatmu al nubuwwah ada banyak hal lain yang menyebabkan aliran ini tidak bisa disebut sebagai aliran Islam. Aliran ini mempunyai "kebijakan" melarang menikah dengan selain anggota Ahmadiyah. Bahkan interaksi dengan orang di luar anggota juga dibatasi. Mereka membentuk komunitas sendiri yang ekslusif. Basyiruddiin Mahmud Ahmad, salah satu penerus dan anak dari pendiri Ahmadiyah terang-terangan mengungkapkan posisinya terhadap muslim non Ahmadiyah. Ia pernah mengatakan bahwa orang-orang muslim adalah musuh terbesarnya dan dia adalah musuh terbesar bagi mereka. Lalu apa yang membuat mereka tetap membawa-bawa nama Islam? Padahal keyakinana mereka bukanlah keyakinan Islam. Bahkan menganggap kaum muslimin sebagai musuh.

Para peneliti meyakini motif pendirian agama baru ini seperti juga munculnya sekte-sekte lain dalam Islam dan agama-agama lain adalah motif kekuasaan dan materi. Dan karena agama baru ini adalah ciptaan manusia dengan motif duniawi, ajaran agama baru ini mengandung banyak kerancuan dan minim orisinalitas. Kekuasaan turun temurun dan tertutupnya manajemen serta pengkultusan terhadap para pemimpinnya semakin menguatkan thesis para pakar tersebut.



Hak asazi

Kekerasan dan bentrokan yang berlatar belakang agama dan kepercayaan yang terjadi di Indonesia akhir-akhir ini akibat lemahnya perhatian dan tidak adanya ketegasan serta tindakan dari pemerintah. Benar, bahwa agama dan kepercayaan adalah urusan pribadi. Pemerintah tidak perlu ikut campur dalam urusan internal keagamaan. Wilayah agama berbeda dengan domain negara. Tapi ketertiban dan keamanan rakyat adalah tugas negara. Hak azasi sekelompok kecil orang tidak boleh didahulukan atas hak asazi rakyat yang lebih luas.

Kita juga perlu menyelidiki apakah yang diklaim sebagai hak asazi oleh seseorang adalah benar-benar hak asazi atau bukan. Seseorang mungkin berfikir bahwa buang air di tengah jalan adalah hak asazi dia. Padahal yang dilakukannya mengganggu orang lain. Meskipun menyanyi atau membaca Al Quran adalah hak setiap orang tapi jika dilakukan dengan berteriak-teriak pada malam hari ketika orang lain sedang istirahat bukanlah hak asazi melainkan perbuatan yang mengganggu ketentraman umum. Hak sang pengganggu tersebut harus "dipangkas' demi hak asazi orang lain yang lebih banyak dan lebih benar.

Rakyat sipil dilarang memakai pakaian perwira polisi dan berkeliaran di jalan meskipun dia tidak melakukan kejahatan. Apalagi kalau dia melakukan kejahatan dengan menggunakan pakaian perwira polisi. Para polisi tidak akan rela dan marah. Orang tersebut memang berhak memakai pakaian apapun, tapi para polisi juga punya hak untuk dijaga nama baiknya. Demikian juga perasaan orang-orang Islam ketika ada sekelompok orang memakai nama Islam kemudian melakukan tindakan yang tidak sesuai dengan Islam. Memakai nama Islam untuk melakukan tindakan-tindakan yang tidak sesuai dengan Islam bukanlah hak asazi. Itu penistaan. Fitnah.

Undang-undang penistaan agama sangat tepat digunakan untuk memberantas aliran sesat semacam ini. Jika yang bersangkutan tidak inign disebut melakukan penistaan agama dan tidak mau dianggap mengganggu ketenteraman umum, silakan saja menamakan alirannya dengan nama agama baru. Tidak lagi membawa-bawa nama Islam. Begitu saja kok repot!!!

PS:
Dalam posting berikutnya insya Allah akan saya tulis mengenai sejarah berdirinya Ahmadiyah dan perjalanan agama baru ini.