<body><script type="text/javascript"> function setAttributeOnload(object, attribute, val) { if(window.addEventListener) { window.addEventListener('load', function(){ object[attribute] = val; }, false); } else { window.attachEvent('onload', function(){ object[attribute] = val; }); } } </script> <div id="navbar-iframe-container"></div> <script type="text/javascript" src="https://apis.google.com/js/platform.js"></script> <script type="text/javascript"> gapi.load("gapi.iframes:gapi.iframes.style.bubble", function() { if (gapi.iframes && gapi.iframes.getContext) { gapi.iframes.getContext().openChild({ url: 'https://www.blogger.com/navbar.g?targetBlogID\x3d28922767\x26blogName\x3dOrang+Indonesia\x26publishMode\x3dPUBLISH_MODE_BLOGSPOT\x26navbarType\x3dBLACK\x26layoutType\x3dCLASSIC\x26searchRoot\x3dhttps://yamadhipati.blogspot.com/search\x26blogLocale\x3den_US\x26v\x3d2\x26homepageUrl\x3dhttp://yamadhipati.blogspot.com/\x26vt\x3d-7363143692875508944', where: document.getElementById("navbar-iframe-container"), id: "navbar-iframe" }); } }); </script>

Sunday, December 31, 2006

The Philosophy of The Matrix

Tulisan berikut ini adalah kelanjutan dari posting beberapa waktu lalu dengan judul Deja Vu. Saat itu saya mengajukan pertanyaan tentang apa yang kita sebut dengan nyata. What is real. Kenapa kejadian aneh Deja Vu bisa dialami manusia. Di sela-sela kesibukan belajar dan ujian (sok sibuk belajar) yang akan berlangsung sampai akhir bulan januari nanti, saya menyempatkan diri untuk mendapatkan hiburan dengan mencari tahu jawaban dari pertanyaan-pertanyaan di atas.

Sebelum melanjutkan pembahasan, saya ingin mengucapakan selamat kepada teman saya saudara Sugimbal. Beliau bangun tidur jam 10:00 di hari pertama ujian. Padahal ujian dimulai jam 9:30. Tapi Sugimbal berhasil mencapai kampus juga meskipun agak terlambat. Hanya satu jam terlambat? Sampai di ruang ujian, Sugimbal dimaki-maki oleh petugas dan diusir. Hebat. Selamat,,, Anda layak dapat bintang. Maksudnya???

Para pendukung materialisme menganggap hanya benda-benda hissiy yang mempunyai eksistensi. Materi itulah realitas yang sesungguhnya. Tapi sains modern menemukan "keraguan" akan eksistensi materi. Ilmu pengetahuan membuktikan kebenaran beberapa teori Idealisme.

Berabad-abad lalu para sufi sudah mengatakan bahwa benda-benda materi dan semua alam yang kita lihat, kita rasakan, kita sentuh ini hanyalah refleksi. Ia tidak memiliki wujud hakiki. Saat itu, teori ini terdengar seperti spekulasi yang tidak berdasar dan tak bisa dijelaskan secara ilmiah. Teori yang hanya dipercaya oleh kaum asketis. Plato tidak saja meragukan eksistensi alam eksternal; dia mengatakan bahwa segala sesuatu yang ada di dunia kita sekarang ini tidak memiliki wujud nyata. Dia mempercayai adanya sebuah alam lain yang merupakan hakikat sejati dari segala yang ada di dunia ini; dia menyebutnya sebagai 'Alam Al Mutsul.

Dalam buku Idealism: The Philosophy Of The Matrix and The True Nature of Matter, Adnan Oktar mengutip sebuah dialog menarik dari film berjudul Matrix:

"What is real? How do you define "real"? If you're talking about what you can feel, what you can smell, taste and see, then "real" is simply electrical signals interpreted by your brain".

Bukankah di dalam mimpi kita juga melihat, merasa, menyentuh dan mencium. Kita sangat meyakini kebenaran tentang semua yang kita persepsikan di dalam mimpi tesebut. Di dalam mimpi, kita tidak sadar bahwa kita sedang bermimpi. Di dalam mimpi, kita percaya bahwa semua yang kita alami adalah nyata. "Kenyataan" yang kita rasakan dan kita pecayai di alam mimpi tidak harus "benar-benar ada" agar kelihatan real.

Bagaimana dengan dunia yang kita lihat dan kita rasakan ketika terjaga? Apakah keterjagaan kita dan keyakinan kita atas keberadaan semua benda-benda di dunia ini mengharuskan mereka benar-benar "ada"? Bagaimana kalau kejadian dan benda-benda di dunia yang kita sebut nyata ini ternyata sama dengan benda-benda dan kejadian-kejadian di alam mimpi kita? Bagaimana kalau semua yang kita alami di dunia "nyata" ini ternyata sama dengan yang kita alami di alam mimpi?

Al-Ghazali di dalam Ihya' pernah mengatakan bahwa ketika manusia mati, ia akan merasakan seperti terbangun dari mimpi. Saat itulah dia memasuki alam nyata. Logika-logika yang kita percayai sebagai aksioma di dunia yang kita huni sekarang ini tidak harus berlaku di dunia nyata setelah kematian nanti. Bisa saja kenyataan dan kebenaran di alam nyata setelah kematian itu sangat berbeda dengan yang kita yakini di alam yang kita huni sekarang ini.

Semua "kenyataan" yang kita lihat dan kita rasakan di alam mimpi hanya terjadi di dalam "otak". Warna, rasa, bau, persepsi tentang berbagai macam dimensi, semuanya hanya semacam sinyal elektrik yang diolah menjadi adegan-adegan di dalam otak. Semua hal tersebut tidak harus benar-benar ada untuk kita rasakan dan yakini sebagai kenyataan. lalu apa yang membuat kita begitu yakin bahwa semua yang kita persepsikan di alam keterjagaan ini pasti benar-benar ada dan bukan hanya sinyal-sinyal elektrik di dalam otak yang diolah menjadi semacam kenyataan? Padahal, otak tidak membutuhkan external world untuk membuat persepsi dan adegan-adegan menjadi nyata. Tanpa adanya external world-pun, otak - seperti kejadian di alam mimpi - mampu menciptakan "keyataan".

Tidakkah hal ini menggelitik nalar kita untuk bertanya: "lalu siapa yang membuat otak bisa berfungsi semacam ini?"


Panca Indera dan otak

Di alam yang kita huni ketika terjaga, manusia berinteraksi dengan external world menggunakan Indera. Indera kemudian mengirimkan data-data yang dikumpulkan tersebut kepada otak melalui nerve cells. Otak lalu menerjemahkan sinyal-sinyal elektrik yang dikirimkan tersebut sehingga kita memperolah pemahaman akan dunia luar dan menganggapnya sebagai kenyataan yang ada.

Proses melihat terjadi ketika photon (dan bukan warna) merambat menembus lensa di bagian terdepan mata. Photon jatuh dan difokus pada lensa ini, baru kemudian diteruskan menuju retina. Di sini partikel cahaya tadi diconvert menjadi sinyal-sinyal elektrik dan ditransmisikan oleh neuron menuju ke sebuah titik kecil di bagian belakang otak yang disebut pusat penglihatan ( the center of vision). Setelah melalui proses-proses tadi, otak menerjemahkan sinyal-sinyal tersebut sebagai image. Image-image yang kita percayai sebagai sesuatu yang nyata adalah hasil kerja otak yang menginterpretasikan sinyal-sinyal elektrik yang dia terima.

Image yang kita "lihat" di dalam otak kita begitu berwarna-warni. Berbentuk dan berdimensi. Padahal retina hanya menangkap cahaya dan memberikan informasi kepada otak melalui syaraf tentang intensitas photon (partikel cahaya) itu. Dia gak ngomong soal warna. Tempat dimana kita melihat dunia penuh dengan warna-warna indah adalah di dalam ruangan kecil pada otak. Warna ada di dalam otak kita. Setidaknya, saat ini kita mempunyai bukti akan hal ini. Adapun keberadaan warna di luar otak, kita belum bisa membuktikannya.

Bahkan saya tidak yakin bahwa warna merah yang dimaksud oleh si A sama dengan warna merah yang dimaksud oleh si B. Bisa saja persepsi akan warna merah dalam pandangan si A adalah sama dengan persepsi tentang warna hijau dalam pandangan si B. Yang membuat mereka selalu sepakat mengatakan bahwa suatu benda - darah misalnya - berwarna merah, karena merahnya si A itu adalah hijau di dalam pandangan si A namun dihafalkan oleh si B dan dinamai dengan merah. Ini terjadi karena persepsi tentang warna tadi sebenarnya hanya terjadi di dalam otak. Maka tidak aneh kalau benda-benda yang saya lihat sebagai berwarna merah, dilihat oleh orang buta warna sebagai hitam.

Dengan demikian, maka setiap obyek hanyalah kumpulan persepsi. Dan persepsi-persepsi tersebut hanya ada di dalam fikiran. Atau lebih tepatnya kita katakan bahwa satu-satunya alam yang nyata hanyalah alam atau dunia persepsi.

Tuhan menciptakan akal

Kalau dunia ektsternal ternyata tidak harus benar-benar ada, maka tubuh kita; tempat dimana otak bersemayam juga tidak harus benar-benar ada. Sains menemukan bahwa otaklah yang membuat kita memahami dunia eksternal. Ini berarti bahwa yang internal, lawan dari eksternal itu adalah otak. Tapi, bukankah otak menghuni tubuh, dan tubuh jasmani kita menghuni dunia eksternal tersebut. lalu yang benar-benar internal itu apa?

Di sini kita menemukan bahwa akal fikiran dan ruh sebagai sebenar-benarnya fihak internal. Dimana letak akal fikiran dan ruh? Ya, kita tidak tahu. Semua agama samawi - mengenai agama yang lain saya tidak tahu - mempercayai bahwa ruh tidak mati setelah matinya jasad jasmani. Ruh dan akal fikiran ini akan melanjutkan perjalanan menuju alam lain untuk mempertanggung-jawabkan perbuatannya di alam fana. Bagaimana bentuk ruh dan akal fikiran ini? Sekali lagi, kita tidak tahu.

Kita sampai pada keyakinan bahwa ruh dan akal fikiran benar-benar ada. Adapun alam eksternal, boleh ada dan boleh jadi tidak ada. Akal pasti ada karena kita merasakannya. Kita berfikir, berarti fikiran itu ada. Maka eksistensi dari akal ini adalah sesuatu yang pasti, sementara wujud dunia eksternal tidak pasti. Sangat mungkin segala sesuatu hanya eksis di dalam dunia persepsi; di dalam akal kita.

Saya jadi semacam "curiga", jangan-jangan memang Tuhan menciptakan alam fana ini hanya di dalam dunia persepsi saja. Kalau kita bayangkan akal fikiran itu sebuah benda, kita bisa bayangkan dia sebagai hardware penyimpan data. Misalnya seluruh akal manusia ini berbentuk semacam hard disk yang tertata rapi dan disimpan di suatu tempat. Setiap hard disk dihubungkan kepada sebuah perangkat keras berisi program kehidupan (software semacam matrix) dengan sebuah kabel. Dan ketika manusia mati (berakhirnya masa hard disk menjalani kehidupan di dunia matrix), kabel yang menghubungkan hard disk (akal kita) dengan program matrix (alam dunia) dilepas untuk kemudian diberi dunia baru; yakni alam barzah dan kemudian akhirat. Dan yang demikian ini sangatlah mudah bagi Tuhan.

Gambaran diatas saya dasarkan pada asumsi bahwa akal fikiranlah yang secara pasti dan meyakinkan benar2 memiliki eksistensi, sementara dunia eksternal hanya bersifat contingent (mungkin) seperti dunia matrix.

Kita menemukan satu lagi kepastian; ada yang menciptakan akal dan ruh kita. Selama ini kita berfikir dengan akal kita. Tidak mungkin akal kita tiba-tiba mewujud tanpa ada yang menciptakannya. Dan seingat kita, akal kita tidak menciptakan sendiri akal kita. Yang menciptakan akal kita ini pasti sangat tahu tetang seluk beluk akal dan ruh serta program-program kehidupan yang dijalani oleh akal. Dia pasti sangat bisa meletakkan beberapa informasi kepada akal kita (diibaratkan sebagai hard disk) tentang penggalan-penggalan adegan yang akan dijalani oleh akal di dalam program kehidupan tersebut (diibaratkan sebagai dunia matrix).

Barangkali begitulah proses terjadinya Deja Vu. Wallahu A'lam.

Catatan kaki

1. Catatan ini tidak benar-benar ditulis menggunakan kaki :))
2. Kawan saya yang dipanggil sugimbal tersebut tidak benar-benar gimbal, hanya jarang mandi; artinya sangat gimbal=))
3. Trinity dalam The Matrix is sooo hoottt:D
4. Photon berarti elementary particle of light and electromagnetic energies
5. Neuron adalah nerve cell; cell which is part of the nervous system
6. Daftar pustaka (bukan pusaka) :
-
Adnan Oktar, Matter: The Other Name for Illusion
- Adnan Oktar, The Evolution Deceit
- Adnan Oktar, The Secret Beyond Matter
- Adnan Oktar, Idealism: The Philosophy of The Matrix and The True Nature of
Matter
- Dr. Jamaluddin Afifi dan Dr. Toha Hubaisyi, Taammulaat Fi Al Fikr Al Yunaniy



13 Comments:

Anonymous Anonymous said...

Bagaimana kalau saya tawarkan bahwa ada lebih dari satu realitas, dan refleksi, kalau toh ada, adalah satu dari realitas yang ada.

Apa yang dilihat, dirasakan dst di dalam mimpi adalah realitas, setidaknya di alam mimpi, yg mungkin peristiwanya pernah terjadi, seharusnya pernah terjadi, atau akan atau tidak akan terjelma dalam dunia jaga, alam kubur, dan atau alam kekal.

Alam kubur akan menjadi realitas bagi ruh ketika jasad mati dan membusuk. Realitas kubur adalah misteri, sebagaimana realitas mimpi, ketika kita masih di dunia jaga.

Bagi ruh, dunia jaga menjadi kumpulan riwayat penuh warna, yang hakikatnya baru bisa dipahami dengan utuh, dan akan menjadi bekal dan beban ketika menapak ke alam kekal.

7:44 AM  
Blogger Alex Ramses said...

Ya, bisa juga dikatakan bahwa ada lebih dari satu realitas, dimana alam mimpi dan refleksi juga merupakan realitas seperti anda katakan Pak Bambang, toh nyatanya alam itu ada meskipun "sekedar" mimpi dan refleksi. Dan tentu saja ini tergantung pemaknaan kita akan realitas itu sendiri.

Kalaupun akhirnya kita mengkelas-kelaskan realitas; ada yang hanya sekedar mimpi dan refleksi, ada realitas yang dianggap lebih hakiki, itu karena bahasa manusia selama ini memang telah menciptakan dikotomi semacam itu. Misalnya penganut materialisme menganggap hanya matter yang hakiki, sebaliknya idealisme menganggap matter hanya sebuah realitas berkelas sudra.

Tentu saja pemahaman-pemahaman demikian ini mempunyai pijakannya masing-masing. Dalam dunia modern, sains memiliki andil sangat besar dalam menyediakan pijakan dalil atas proposisi-proposisi dan definisi. Dan sifat dari kebenaran ilmiah ini biasanya memang qoobilun li al naskh. Artinya jika ditemukan dalil baru yang lebih bisa dipertanggung-jawabkan dan dibuktikan kebenarannya, maka teori yang sebelumnya diaggap batal.

Adapun bukti terbaru dari sains saat ini adalah, kepastian eksistensi akal fikiran dan contingent nature of the external world; bahwa wujud dunia eksternal hanya bersifat mumkin.

1:11 PM  
Blogger putri said...

Hmmm baca sekali belum sampai otaknya menangkap philosophy nya... om :D
Hehehe... mungkin refleksinya lain ya, harus dibaca berulang2, tapi menarik...

3:09 PM  
Anonymous Anonymous said...

wah postingannya makin berat aja :)
terpaksa saya baca juga Deja Vu..

ya memang kalau menyangkut philospohy/filsafat kita harus banyak 'merenung' dan berfikir 'dalam' agar bisa sampe apa yang dimaksud!!

karena memang sesuatu yang terlihat nyata sebenarnya adalah hanya refleksi/pantulan/persepsi yang ada didalam fikiran kita..
*saya juga baca dari adnan oktar/ harun yahya*

dan yang benar2 sampe sekarang menjadi 'misteri' adalah kehidupan lain sesudah jasad kita mati.
*tapi kadang2 kalo kita bisa mengosongkan fikiran dari rasa keduniawian kita bisa mencapai/ dapat masuk ke 'dunia' lain*

ya bung alex, postingannya makin sip aja :)
kuliahnya ambil filsafat ya?

btw
met lebaran eid ul adha & tahun baru 2007, ya.. semoga sukses selalu!!!

6:11 PM  
Blogger NiLA Obsidian said...

giling....tengah malem masuk 2007...disuguhin suruh baca beginian....heuheuheu....

yg ada kening langsung berkerut merut...huhuhu....

mungkin saudara sugimbal baru saja memasuki dunia mimpi yg dia pikir 'nyata' sehingga dia merasa sudah ada di ruang kelas dan mengikuti ujian tanpa harus bangun lagi...huahahahaha....

om alex...met tahun baru...met ujian.....
semoga sukses lahir bathin di tahun babi nanti......

7:52 PM  
Anonymous Anonymous said...

1.
bedes ! wktu smalem kepalaku mau pecah gara² dibulet²in filsafat , eh ente kepancing nulis jg kan :)
sengojo ak nyedak", ben awakmu
kpancing nanggepe boss :) heheue.

2.
ehm, kl begitu dimana pengadilan.
disaat mreka yg mengatakan masih
dalam proses pencarian kebenaran ?
kebenaran yg mana, kl yg disuguhkan
hny berupa relativitas? atau jgn²
smuanya msti diujung keyakinan ?

3.
mengenai deja vu & mimpi : ak tiap
tidur mlai stahun lalu slalu bmimpi,
dan yg aku impikan dalam tidur adlh
apa yang aku fikirkan,perbincangkan&
aku perbuat sebelum tidur, nek iki
menurutmu yok opo? apa smua lagi²
hrs kmbali pd kyakinan, hny karena
aku belum baca doa sbelum tidur ?

4.
stahuku, sugimbal itu seorang h**o,
hehehe :p peace dhief !

12:10 AM  
Blogger amethys said...

doooo....mumet aku bacanya...blom selesai juga nee bacanya, selamat tahun baru yah...juga selamat Idul adha...

4:56 PM  
Blogger SinceYen said...

Puaaannjang dan lamaaaa... :)
met taon baru en met Idul Adha ya.

11:50 AM  
Anonymous Anonymous said...

hehehe panjang sekali nih postingannya ..

ngomong soal mimpi mah gak ada habisnya ...tapi soal mimpi dan deja vu kayaknya 2 hal yg berbeda , kalau di lihat dr segi arti bahasanya itu sendiri ..

Mimpi buatku terbagi dua , mimpi beneran dan mimpi kembang tidur ..
Yang mimpi beneran , sebuah alam sadar yg sedang menembus dimensi lain yg ada ( alam nyata lain selain dunia yg kita kenal ) dan biasanya mimpi kayak begini adalah langsung dr yg di atas , mimpi yg begini biasanya sang Dia ingin memberi kita sign/peringatan utk masa yg datang supaya hati2 , atau sebuah bocoran apa yg masih akan terjadi di masa mendatang , bagi yg pernah mengalami yg seperti ini , kamunya pasti di istimewakan Sang Dia ..

Jenis yg ke 2 , kembang tidur ..mimpi yg asal2an , apa yg kita alami dalam alam nyata yg sekarang ( bukan alam nyata yg lain ) terbawa-bawa ke mimpi / alam bawah sadar , atau apa yg kita takutkan terbawa ke alam bawa sadar jadilah mimpi buruk , yg ini hanyalah secuil memory yg masih bersarang dalam memory otak kita , dan otak kita berusaha memproses ingatan / memory itu ...jadilah mimpi model beginian ( bener2 cuman proses tubuh dan mimpi model begini gak ada artinya )

gituuu aja deh , ini mah ibu rt yg sok tahu atuh hahaha ...

10:49 AM  
Blogger Theresia Maria said...

salam kenal bung Alex *salah satu TKW yang ge er hehe...tapi udah laku tuh* anda mirip temen kuliahku, dari Akaba Semarang bukan yach temen baiknya Arie?

soal mimpi, hampir tiap malem, percaya engga percaya tapi sering ada ceritanya bahkan masih inget buat diceritakan lagi.

kalo tadi malem ngimpi punya kucing dua, sama ketemu temen lama di SD. Gak nyambung tapi seneng tuh kalo dapet mimpi, hehe....

2:34 PM  
Anonymous Anonymous said...

Saya pernah mimpi bertemu Rasulullah..bagaimana menurut Anda?
http://metalgrin.fluxide.com/?p=21

9:51 PM  
Blogger Hani said...

duh ribet...
selamat ujian aja deh, semoga sukses :)

12:18 AM  
Anonymous Diki Pratama said...

ini mirip sama pnelitian di amerika. sebenarnya kehidupan manusia mirip simulasi komputer dimana dikendalikan oleh administrator (Tuhan

3:43 PM  

Post a Comment

<< Home

Site Meter