<body><script type="text/javascript"> function setAttributeOnload(object, attribute, val) { if(window.addEventListener) { window.addEventListener('load', function(){ object[attribute] = val; }, false); } else { window.attachEvent('onload', function(){ object[attribute] = val; }); } } </script> <div id="navbar-iframe-container"></div> <script type="text/javascript" src="https://apis.google.com/js/platform.js"></script> <script type="text/javascript"> gapi.load("gapi.iframes:gapi.iframes.style.bubble", function() { if (gapi.iframes && gapi.iframes.getContext) { gapi.iframes.getContext().openChild({ url: 'https://www.blogger.com/navbar.g?targetBlogID\x3d28922767\x26blogName\x3dOrang+Indonesia\x26publishMode\x3dPUBLISH_MODE_BLOGSPOT\x26navbarType\x3dBLACK\x26layoutType\x3dCLASSIC\x26searchRoot\x3dhttps://yamadhipati.blogspot.com/search\x26blogLocale\x3den_US\x26v\x3d2\x26homepageUrl\x3dhttp://yamadhipati.blogspot.com/\x26vt\x3d-7363143692875508944', where: document.getElementById("navbar-iframe-container"), id: "navbar-iframe" }); } }); </script>

Monday, May 14, 2007

Menghargai Karya Anak bangsa

Beberapa hari yang lalu saya menerima email dari Dr. Rachmat W. Adi Staf Departemen Fisika FMIPA Universitas Indonesia dan staf Pembina TOFI. Dalam email tersebut beliau mewakili TOFI, sebagai salah seorang pembina mengucapkan terimakasih atas dukungan moril dan apresiasi saya terhadap prestasi yang diraih oleh Tim Olimpiade Fisika Indonesia. Ketika menerima dan membaca email tersebut, ada rasa haru, senang bercampur sedih. Rupanya Dr. Rachmat W. Adi ini membaca komentar saya di tempointeraktif dot com. Merasa senang karena komentar saya dibaca beliau dan dianggap berharga. Sedih karena terbacanya komentar saya oleh beliau ini menunjukkan bahwa betapa kecil apresiasi dari masyarakat Indonesia terhadap prestasi yang diraih oleh TOFI. Sampai-sampai komentar saya di "pojokan" tempo terbaca oleh beliau. Dan ternyata hanya dua orang ( saya dan Marcel Susetyo) yang "membela" dan menunjukkan apresiasi terhadap prestasi TOFI pada komentar di Tempo saat itu.


Pada hari Minggu, 29 April 2007 saya membaca berita di tempointeraktif dengan judul " Prestasi Olimpiade Sains Hanya Kamuflase". Dalam berita tersebut disebutkan bahwa Pakar Pendidikan dari Universitas Negeri Jakarta Sukro Muhab, mengatakan prestasi olimpiade sains yang selama ini diperoleh Indonesia hanya kamuflase belaka. Sebab, menurutnya, medali emas yang diperoleh tersebut sama sekali tidak mencerminkan kondisi pendidikan dan kualitas manusia Indonesia."Olimpiade sains hanya untuk gengsi negara, sama sekali tidak mencerminkan kondisi pendidikan kita," katanya.


Sukro Muhab mengutip hasil survei yang dilakukan Third Mathematics and Science Study (TMSS) beberapa waktu sebelumnya yang menunjukkan kemampuan siswa Sekolah Menengah Pertama di Indonesia dalam menangkap pelajaran matematika hanya menempati peringkat ke 34 dari 38 negara. Sukro juga mengutip survei lain yang menyebutkan bahwa indeks pembangunan manusia di Indonesia berjalan sangat lambat. Di Asia Tenggara, indeks pembangunan manusia Indonesia menempati posisi ke-7 di bawah Vietnam, Philipina, Thailand, Malaysia, Brunei, dan Singapura.

Jadi yang saya tangkap dari berita akhir-akhir ini dan komentar para "pakar pendidikan Indonesia", pokoknya menurut mereka, orang Indonesia itu goblok, katro, ndeso dan gak mutu.

Beberapa hari yang lalu saya juga baca bahwa Indonesia masuk Guinnes Book Of Record karena menjadi negara perusak hutan tercepat di dunia. lalu setelah terjadi kecelakaan transportasi beruntun di negeri kita, pemerintah Amerika Serikat mengeluarkan anjuran kepada warganya untuk tidak bepergian menggunakan maskapai penerbangan Indonesia.

Nah, stigma2 buruk yang ditempelkan pada bangsa kita ini kenapa selalu diamini oleh orang-orang latah yang berjudul pakar. Jadi ketika orang2 asing mengolok-olok kita (tentu saja ada tujuan politis di balik olok-lok yang terus menerus menyudutkan bangsa kita ini), para pakar serta LSM yang latah dan suka cari muka ikut ikutan menghina bangsa sendiri. Mungkin menurut mereka, kalau kita dikatakan goblok, maka yang harus kita lakukan adalah meyakinkan mereka bahwa kita benar-benar goblok. Kalau orang asing menghina kita sebagai bangsa yang terbelakang, maka kita harus mengamini dan memberikan bukti bahwa kita memang terbelakang.

Di mana harga dirimuuuuuuuuuuuuuuuuu??????????????????????????????????????????????

Kita sering menemukan hal yang menyedihkan dalam dunia intelektual kita. Para "intelektual", "sastrawan", "budayawan" serta "pejuang demokrasi" harus berani menghina dan mencari-cari aib bangsa sendiri untuk dibeberkan kepada orang asing agar sah menjadi intelektual dan sastrawan yang diakui. Ini apa namanya kalau bukan pengkhianatan? Bukankah fenomena seperti ini sangat menjijikkan. Mereka ini lebih pengkhianat dan lebih pantas dipenggal daripada aktivis PKI sekalipun. Orang-orang seperti ini "hidup dari menghina dan membeberkan aib bangsa sendiri". Gak punya harga diri serta menjijikkan.

Kita tidak disegani di dunia internasional karena mentalitas para pengkhianat seperti ini. Banyak negara lain yang lebih goblok dan miskin serta terbelakang bisa membusungkan dada dan disegani di dunia internasional karena mereka punya harga diri dan bersusaha menjaganya. Tidak latah ikut menghina bangsa sendiri dan manut saja ketika dikatakan bodoh. Yang mereka lakukan ketika dihina adalah melakukan sesuatu dan meraih prestasi sehingga hinaan tersebut bisa ditepis.

Pendidikan Nasional Dan Prestasi

Logikanya, jika anak-anak kita sering berprestasi dalam olimpiade matematika, sains atau fisika di tingkat internasional, berarti memang banyak anak-anak Indonesia yang pintar. Kita wajib menghargai hasil usaha mereka dan berterimakasih karena prestasi mereka mengharumkan bangsa di tingkat dunia. Bukan dicela, dinista atau difitnah. Prestasi dalam bidang apapun yang bisa diraih oleh anak bangsa harus diduklung dan diapresiasi. Kita harus punya harga diri dan kehormatan.

Kenyataan bahwa anggaran pendidikan negara kita hanya 9 persen? serta tidak meratanya "distribusi pendidikan" sama sekali bukan alasan untuk tidak berprestasi. Dana milyaran yang dikatakan untuk membiayai persiapan olimpiade dijelaskan oleh Prof. Yanto PhD, Dirjen Mandikdasmen, mencakup seleksi dan pembinaan tingkat kabupaten sampai OSN untuk seluruh bidang dari SD sampai SMA. Jika memang ada yang mencurigakan dan dikhawatirkan terjadi kebocoran soal dana, maka seharusnya itu diserahkan pada auditur BPK, bukan menggembosi Tim Olimpiade atau mencemooh anak-anak yang berprestasi.
Olimpiade itu merupakan sebuah "iming-iming" atau perangsang bagi para siswa untuk lebih rajin belajar. Bukan sebagai tujuan. Seperti halnya hadiah yang diberikan kepada anak2 yang berprestasi di kelas.

Kalau para "pakar pendidikan" mengatakan bahwa dana yang digunakan untuk persiapan olimpiade itu terbuang sia-sia (karena hanya menghasilkan medali emas bagi segelintir siswa?) dan seharusnya digunakan untuk pemerataan pendidikan, atau dalam sudut pandang Gus Pur (Dr. Agus Purwanto, Fisika ITS) lebih baik digunakan untuk mencetak 200 Doktor sains, menurut saya pandangan semacam ini tidak tepat.

Ini bisa dianalogikan dengan orang yang memarahi para pelajar SMU di pulau Jawa dan Kalimantan atau Sulawesi yang berprestasi meraih ranking I di kelas masing-masing ketika terjadi tsunami di Aceh. orang tersebut memarahi para pelajar ini karena berprestasi dengan mengatakan: "kok kalian sempat belajar sampai meraih ranking I, padahal saudara-saudara kalian di Aceh kelaparan, kedinginan dan banyak yang meninggal. Kenapa kalian tidak berhenti belajar dan membantu mereka? Kenapa kalian justru asik belajar sampai bisa meraih ranking I di kelas?"

Menurut saya kalau ada orang yang memarahi para pelajar berprestasi ini ketika terjadi tsunami di Aceh, maka orang tersebut pasti tidak waras. Terjadinya bencana di tempat lain tidak berarti bahwa orang-orang di tempat lainnya tidak boleh berprestasi dan sukses. Dana, tenaga dan fikiran untuk mengurusi bencana harus ada. Dan dana, tenaga serta fikiran untuk berprestasi juga harus tetap ada. Ini tidak berarti bahwa orang-orang yang tinggal di tempat lain tidak memiliki empati. Ini masalah Job Description di dalam social life.

kalau saudara-saudara di tempat lain terkena bencana lalu saudaranya yang di tempat lain tidak bekerja dan beraktifitas, berarti semuanya akan hancur. Kalau ada anak yang tidak mampu sekolah lalu anak lainnya yang mampu ikut-ikutan tidak belajar karena empati dan simpati kepada yang tidak mampu sekolah, maka yang akan terjadi adalah "berbondong-bondong menjadi bodoh".

Lagi pula, tujuan mengikuti olimpiade itu juga adalah mencerdaskan anak bangsa. Tidak keluar dari tujuan pendidikan nasional. Dalam penyaringan dan pembinaan dari tingkat daerah untuk persiapan olimpiade ini tentunya terjaring ratusan siswa pandai yang termotivasi untuk belajar lebih rajin dan justru sesuai dengan cara pandang Gus Pur untuk mencetak 200 Doktor Sains tersebut.

Para pakar pendidikan dan mereka yang peduli terhadap pendidikan nasional harus tetap memperjuangkan agar anggaran pendidikan nasional diperbesar. Tapi jangan sampai dengan cara mematikan semangat anak-anak bangsa untuk berprestasi. itu namanya Cara Bodoh. kalau ada orang yang tidak menghargai prestasi anak-anak Indonesia yang meraih medali emas dalam olimpiade fisika, matematika atau sains di tingkat internasional dan justru menggembosi dan mencemooh, bisa dipastikan orang tersebut TIDAK WARAS.




20 Comments:

Blogger Sili Frebrian said...

tipikal jiwa indonesia yang tepo seliro dalam keseharian hidup, menjadikan manusianya jadi tidak pede akan prestasi diri sendiri. ini sangat terasa dampaknya ketika kami tinggal di LN, jiwa yang masih 'ga enakkan' itu masih juga dibawa2, padahal disini hidup harus kompeten dan tough. apresiasi terhadap usaha pun disini dijunjung tinggi, walau hasilnya nihil, yg penting bisa membangun semangat yang besar untuk berusaha lagi....

kabar baik2 alhamdulillah. jangan panggil ibu ah...aku belum setua ibu kamu, lex! xixixi...(maksa).

7:38 PM  
Anonymous Anonymous said...

Mungkin menurut mereka, kalau kita dikatakan goblok, maka yang harus kita lakukan adalah meyakinkan mereka bahwa kita benar-benar goblok. Kalau orang asing menghina kita sebagai bangsa yang terbelakang, maka kita harus mengamini dan memberikan bukti bahwa kita memang terbelakang.

Lho, kan semakin rinci kita membeberkan keburukan bangsa, semakin orang tau bahwa kita menguasai 'masalah' he..he.. (ndak mutu)

2:19 AM  
Blogger -Fitri Mohan- said...

sangat disayangkan ada komentar pakar yang menegasikan prestasi bangsa kita (buatku, dia tuh nggak pakar kalau komentarnya kayak gitu). sekecil apapun prestasi yang kita raih, harusnya diberikan sokongan. karena dukungan dari masing-masing pihak itu perlu. BANGET.

apa kabarnya mas alex? lama bener nggak keliatan.

welkambek ya mas!

4:38 AM  
Blogger NiLA Obsidian said...

banyak bgt org tidak waras di negeri ini yg ngaku2 waras dan punya intelektualitas yg tinggi sampe tega menghina bangsa sendiri.....

latar belakang bangsa yg ada dalam tindasan org2 berkuasa yg menyebabkan ketidakpercayaan diri yg begitu tinggi utk mengakui prestasi sendiri....

kesian memang ya...butuh waktu lama dan keinginan yg besar dari diri sendiri utk pemulihan 'ketidakwarasan' tersebut......

jd mending yg waras ngalah....hihihi

om aleeeexxxxxxxx.......pa kabar? mizzzz uuuuu......(ayooooo jangan lagi2 nyakitin hati org yg care sama kita.....pasti dalem bgt lho bekasnya......Memaafkan tp tidak melupakan....)

3:09 PM  
Blogger mom4kids said...

setuju ama pendapatnya si Sili , sudah menjadi tipikal mentalitas Indonesia , cenderung memberi kritik negatif dari pada memuji , jadilah wajar penduduknya tidak cukup mendapat stimulasi positip buat berkarya ...

eh posting lagi nih ?? blog gw jadi private , udah gw kirim invite kalo mo berkunjung ..

3:37 PM  
Blogger just Endang said...

Aku juga sedih dengan makin banyaknya orang tidak waras itu di negeri kita mas...Lebih sakit hati lagi, ketika org2 itu menjelek2kan negara kita pada negara lain untuk dibayar. Mereka mencari makan dari bangkai saudaranya sendiri namanya. Makanya saya tidak pernah simpati pada yang namanya LSM dan yang katanya orang pintar spt Munir. Karena mereka tidak pernah bicara tentang kebaikan kita tapi hanya menjual harga diri bangsa.

Salam kenal mas...

3:01 AM  
Blogger kodokijo said...

Penghargaan terhadap karya anak bangsa justru lebih sering didapat dari luar negeri. Kita memang harus lebih banyak belajar menghargai diri sendiri. Tanpa pernah berani menghargai diri sendiri, bagaimana mungkin orang lain bisa menghargai kita ?. Btw untuk beberapa elemen bangsa yang suka mengkritik, bisa jadi memang "DNA" nya sudah begitu :) lebih suka mengkritik ketimbang berkarya.

5:38 AM  
Blogger SinceYen said...

Kalo menurut aku, pemerataan pendidikan dasar dari kota sampai ke pelosok-pelosok itu wajib!! Kemudian jika ada aktifitas extra untuk anak-anak berprestasi, kenapa tidak? Kegiatan seperti ini justru lebih mengasah otak dan kemampuan mereka.
Ayo maju terus!!

Satu hal yang pasti, kalau kaki yang sakit, jangan ikut mengorbankan tangan.

Satu lagi, penghinaan itu menyakitkan. Tapi bukankah sebuah penghinaan juga bisa menjadi koreksi bagi diri sendiri?
Bukankah lebih baik energi kita kita pakai untuk memperbaiki apa yang perlu kita perbaiki ketimbang dipakai untuk marah?

12:33 PM  
Blogger Aris Heru Utomo said...

Hal lain yang perlu juga diperhatikan adalah peran sebagian besar media massa kita yang senang memuat berita2 yang kelabu dan kurang mendorong pencerdasan pembacanya. Makanya tidak mengherankan jika ada anak2 bangsa yg berprestasi, yang ditampilkan justru sisi sebaliknya yang dapat menafikan keberhasilan tsb. Mungkin disinilah para blogger dapat berperan utk menonjolkan sisi2 positif dari setiap pencapaian anak negeri. Salam.

4:27 PM  
Blogger Theresia Maria said...

Wah...emang nasib orang Indo kali yach, yang pinter pada ngerjain orang bodo...eh begitu ada orang pinter masih pada dikritik orang gak waras...hayahhh....mau dibawa kemana toh negara ini...

12:12 AM  
Blogger Han said...

tentu kau tahu, di mesir, sebuah film kartun "tsubatsa" diputar, apakah dengan serta merta menjuduli " kapten tsubatsa" ? (seperti di tc kita) gak !! mereka memutarnya, diterjemahkannya, dengan berjudul "kapten majid" !!

ini semua dibangun oleh karakter sebuah bangsa, & mudah"an kawan" kita di tanah air sedang dalam pembangunan itu. siapapun mereka, yang latah, yg cerdas, yg berprestasi dll,

atau...

sesegera mungkin aku mesti mencari perempuan yang melahirkan cikal bakal manusia seperti bung karno, pramoedya, soemitro, atau kuntowijoyo,... hehe

1:47 AM  
Blogger Mamah Ani said...

komentarnya sudah banyak ya dan bagus bagus...
aku cuma mau bilang "herzlichen wilkommen '...kemana aja nih ??? masih ada ujian ujian ?

5:50 AM  
Blogger Theresia Maria said...

This comment has been removed by a blog administrator.

10:05 PM  
Anonymous Anonymous said...

kalau menurut saya, indonesia itu dihuni oleh banyak orang latah, dan gampang diprovokasi, karena yah ituh, kita sudah mengalami krisis kepercayaan yang akut. suara terbanyak adalah pemenang, dan menjadikan diri aman. jadi ketika yang ngetrend adalah mengkoar2kan keburukan bangsa, maka banyak orang mengikutinya.

dan semoga saja, komen2 di postingan ini bukan karena latah. terprovokasi oleh isi postingan yang sangat menarik ituh. semoga saja memang kita sepaham.

dan iyah bung, i believe in yesterday. meski tak menutup kemungkinan suatu hari, nanti, kembali akan ada orang2 besar terlahirkan di negeri ini. ;)

6:19 AM  
Blogger Unknown said...

This comment has been removed by a blog administrator.

1:28 PM  
Blogger Alex Ramses said...

Maaf kalau ada comment yang saya hapus, karena kekasih saya tidak berkenan dan cemburu. Tapi tidak ada larangan coment sama sekali asalkan tentang isi postingan dan tidak membuat kekasih saya cemburu. terimakasih dan mohon maaf.

12:39 PM  
Blogger Farlowe said...

seandainya saya punya daya yg kuat,,saya akan memarahi orang yg menjelek-njelekkan bangsa sendiri sampai orang itu menjadi tempe atau tahu.

terlalu kasar memang, kalo saya sampai ngomong " Indonesia tercinta tidak butuh ungkapan dari PAKAR yg cuma bisa meruntuhkan mental bangsa, jadi bersihkan saja pakar yg tidak paham dengan kepakarannya dari bumi Indonesia,,)

luv u so mac endosio

maaf kalau terlalu provokativ.... tp ini bener e :)

11:16 PM  
Anonymous Anonymous said...

Kalau menurut saya kedua pihak sama-sama benar dilihat dr sudut pandang masing-masing. Para pihak melihat dari kualitas pendidikan kita secara keseluruhan, yang kenyataannya ketinggalan dari negara seperti Vietnam sekalipun. Sehingga menimbulkan pertanyaan sinis, "buat apa menang emas olimpiade kalau toh pendidikan kita tertinggal jauh dari negara lain?"

5:45 AM  
Anonymous wahyu said...

Ada yg komentar "buat apa menang emas olimpiade kalau toh pendidikan kita tertinggal jauh dari negara lain?"

Kalau saya jawab "buat ganjel meja pak....", hehe....

Apapun yg tjd, jgnlah kita terlalu pesimis, bangsa kita itu bangsa besar...smua bisa berubah...dan sy yakin berubahnya kearah kebaikan....

8:24 AM  
Blogger Rudi Pratama said...

Itu sangat penting , dan sangat dijaga .
KARYA ANAK BANGSA MERUPAKAN CERMINAN DARI KEMAJUAN BANGSA INDONESIA ,

jng lupa mampir d blog ku
rudingakak.blogspot.com

3:59 PM  

Post a Comment

<< Home

Site Meter