<body><script type="text/javascript"> function setAttributeOnload(object, attribute, val) { if(window.addEventListener) { window.addEventListener('load', function(){ object[attribute] = val; }, false); } else { window.attachEvent('onload', function(){ object[attribute] = val; }); } } </script> <div id="navbar-iframe-container"></div> <script type="text/javascript" src="https://apis.google.com/js/platform.js"></script> <script type="text/javascript"> gapi.load("gapi.iframes:gapi.iframes.style.bubble", function() { if (gapi.iframes && gapi.iframes.getContext) { gapi.iframes.getContext().openChild({ url: 'https://www.blogger.com/navbar.g?targetBlogID\x3d28922767\x26blogName\x3dOrang+Indonesia\x26publishMode\x3dPUBLISH_MODE_BLOGSPOT\x26navbarType\x3dBLACK\x26layoutType\x3dCLASSIC\x26searchRoot\x3dhttps://yamadhipati.blogspot.com/search\x26blogLocale\x3den_US\x26v\x3d2\x26homepageUrl\x3dhttp://yamadhipati.blogspot.com/\x26vt\x3d-7363143692875508944', where: document.getElementById("navbar-iframe-container"), id: "navbar-iframe" }); } }); </script>

Saturday, January 13, 2007

The Onset of Putrefaction

Kita hidup dalam sebuah negara yang hampir semua masyarakatnya sedang kebelet. Keadaan kebelet ini sebenarnya wajar dan normal jika didorong oleh tuntutan alamiah, misalnya kebelet buang hajat. Tapi jika orang kebelet dalam hal-hal yang tidak mendesak,misalnya kebelet ingin cepat kaya dan cepat sukses, maka ini adalah penyakit. Kelainan jiwa. Gejala menguatnya dominasi nafsu dan melemahnya akal sehat serta hati nurani.

Jika jiwa manusia kita umpamakan sebagai tubuh, maka penyakit kebelet ini bisa diibaratkan sebagai Human Immunodeficiency Virus atau biasa disingkat HIV. Virus ini memang tidak dengan sendirinya membinasakan tubuh, tapi dia melemahkan fungsi kekebalan sehingga segala macam penyakit akan sangat mudah menyerang dan bisa berakibat fatal bagi tubuh. Demikian pula halnya dengan virus kebelet. Manusia yang terjangkit virus ini akan melemah sistem moralnya dan segala kebejatan akan sangat mudah menyerang. Jiwanya akan mengalami pembusukan (deterioration) dan kemudian binasa.


Ketika pejabat kebelet kaya, tentu saja akibatnya akan sangat fatal. Karena sesungguhnya jika seseorang sedang kebelet, dia tidak akan lagi mampu berpikir jernih. Yang paling penting dan mendesak dilakukan baginya adalah menunaikan hajat kebeletnya. Maka, pejabat yang kebelet kaya, ia hanya akan fokus pada pencapaian kekayaan saja. Segala sesuatu yang lain, termasuk tugas utamanya sebagai abdi rakyat menjadi tidak penting. Dorongan yang ditimbulkan virus kebelet ini mirip dengan ngidamnya ibu hamil. Tak bisa dihalangi. Masalahnya, penyakit jiwa semacam ini tidak seperti dorongn alamiah yang biasanya hanya terfokus pada satu hal. Pejabat biasanya tidak hanya kebelet kaya saja tapi kebelet berkuasa juga. Maka segala kebijakan yang dikeluarkanpun tidak akan lagi bijak, tapi disesuaikan dengan kebutuhannya meskipun bertentangan dengan kebutuhan rakyatnya.

Berbagai macam peraturan diciptakan agar para pengusaha tidak lagi berkolusi dengan pejabat, tapi lantaran keduanya sudah demikian kebelet dengan tujuannya masing-masing, maka peraturanpun selalu bisa disiasati. Larangan memberikan parcel dan hadiah pada hari-hari besar diterapkan, cara lainpun digunakan agar keduanya tetap bisa "bermesraan". Maka kolusipun jalan terus dan korupsi tetap merajalela. Akibatnya tentu saja bencana. Dan korbannya rakyat lagi, rakyat lagi.

Gara-gara penyakit kebelet pula ribuan orang harus mengungsi ketika kampung halaman yang dicintainya terendam lumpur panas. Karena sang pemilik kapal kebelet, ratusan orang mati tenggelam. Keselamatan penumpang pesawat menjadi korban karena para pengusaha penerbangan kebelet. Kebelet membuat mereka mengabaikan segala macam peraturan, standar kelayakan dan keselamatan. Ketika para pengusaha tidak sabar untuk cepat kaya dengan mendapatkan keuntungan sebanyak-banyaknya, maka yang lain menjadi tidak penting, yang penting bisa cepat kaya. Keselamatan orang lain tidak masuk dalam agendanya untuk diurusi.

Yang mengaku seniman tidak tahan ingin cepat kaya dan tenar. Rambu-rambu moral diabaikan, berlomba membuat sensasi agar "dagangannya" laku. Ada yang menjual aurat, ada yang memfitnah, memeras bahkan membunuh. Seni yang seharusnya secara fitrah bersifat suci bersih menjadi buram lantaran para "seniman kebelet" membawa-bawa nama seni dalam melakukan "kejahatannya". Pornografi dikatakan sebagai seni, pelecehan terhadap agama disebut seni, pembodohan dan takhyayul dianggap seni. Ini sungguh sebuah kejahatan terhadap seni itu sendiri. Karena pada dasarnya mereka tahu bahwa yang mereka lakukan itu bukan bagian dari seni. Dorongan dan motif lain yang membuat mereka berani melakukannya. Seni hanya dijadikan sebagai bungkus kamuflase.

Bahkan tidak sedikit para pemimpin umat yang seharusnya menjadi panutan justru ikut-ikutan kebelet. Memanfaatkan ketokohannya untuk mendekat kepada penguasa. Ada yang terang-terangan terjun ke dalam politik dengan mengatas-namakan agama dan jama'ah yang dipimpinnya. Padahal motif yang sebenarnya tidak beda dengan para politikus lainnya. Hal ini akan tampak jelas ketika terjadi konflik internal di dalam kendaraan politik yang mereka tunggangi. Konflik yagn terjadi selalu disebabkan oleh rebutan kekuasaan dan rebutan kue. Bukan perbedaan visi. Akhirnya ada yang jadi kutu loncat dan melakukan manuver-manuver politik. Padahal selama ini mereka dikenal sebagai tokoh religius. Saling membenci sesama teman "ulama". Saling menjatuhkan dan berlomba-lomba mengambil hati jama'ahnya yang akhirnya sadar bahwa yang mereka anut selama ini bukanlah panutan. Rasa malu dan harga diri digadaikan demi memenuhi nafsu kebelet.


Pertahanan terakhir kejujuran

Penyakit-penyakit moral yang diakibatkan oleh virus kebelet itu telah mematikan kejujuran yang ada di dalam hati nurani rakyat. Kalau tidak ada satupun kelompok masyarakat yang masih memiliki kejujuran dan integritas, maka harapan kita sebagai bangsa untuk bangkit dari segala macam keterpurukan ini akan sangat sulit terwujud.

Intelektual, dokter dan pegawai Pos menurut saya adalah tiga jenis manusia yang harus menempati urutan pertama dalam hal kejujuran dan integritas. Kalau di dalam suatu masyarakat di mana kita tidak lagi mendapati kejujuran dan integritas dari para politikus, pejabat, pengusaha, polisi dan ulamanya, maka intelektual, dokter dan tukang Pos harus menjadi pertahanan terakhir kejujuran. Jika masih ada kejujuran dan integritas pada ketiga jenis manusia ini, berarti kita masih punya harapan.

Intelektual adalah golongan terpelajar yang jujur dengan pemikirannya dan bisa menjadi obor penerang bagi masyarakat. Dokter "berurusan dengan nyawa manusia". Tukang Pos merupakan harapan terakhir masyarakat untuk berkomunikasi dan menyampaikan amanat. Kalau ketiganya tidak lagi memiliki kejujuran dan integritas, maka sesungguhnya suatu bangsa berada dalam keadaan yang sangat kritis.

Jika kita amati secara cermat, pertahanan terakhir inipun sebenarnya sudah hampir roboh. Di negeri kita ini banyak intelektual kita tak lagi jujur. Tidak sedikit intelektual yang kebelet dan akhirnya "menjual diri". Idealisme bisa hilang jika disilaukan oleh kekayaan dan kekuasaan. Dokter yang "berurusan langsung dengan nyawa manusia" juga tak mampu mengimunisasi diri agar kebal terhadap virus kebelet. Hubungan "menyimpang" antara dokter dan para detailer, perusahaan farmasi dan apotik bukanlah rahasia. Sikap dokter dan rumah sakit yang membedakan perlakuan antara pasien berduit dan pasien miskin juga sudah menjadi rahasia umum. Tukang pos di Indonesia sangat terkenal tidak memiliki sifat amanah.

Ini berarti mayasakat dan bangsa ini sebenarnya sudah sedemikian bobrok dan hampir-hampir tidak punya lagi harapan untuk bangkit. Maka, judul di atas itu seharusnya bukan Onset, itu judul menghibur diri seolah2 kita sedang mengalami awal sebuah pembusukan. Karena kita sebenarnya sudah sedemikian membusuk dan tinggal menunggu binasa.

Meskipun demikian, kita tidak boleh berputus asa. Karena putus asa adalah sebuah dosa. Dan tentu saja tidak semua individu di dalam kelompok-kelompok masyarakat yang saya sebutkan di atas semuanya bejat. Pasti ada segelintir orang di setiap kelompok yang masih memiliki hati nurani. Semoga hati-hati yang bersih dari sedikit hamba Allah tersebut mampu bertahan dan akhirnya bisa menyebarkan kebaikan dan menyembuhkan penyakit moral yang telah kronis menjangkiti kebanyakan jiwa di negeri tercinta ini. Amen!!!


13 Comments:

Blogger Unknown said...

Mas Gw suka kata - kata penutupnya : Meskipun demikian, kita tidak boleh berputus asa. Karena putus asa adalah sebuah dosa. Semoga hati-hati yang bersih dari sedikit hamba Allah tersebut mampu bertahan dan akhirnya bisa menyebarkan kebaikan dan menyembuhkan penyakit moral yang telah kronis menjangkiti kebanyakan jiwa di negeri tercinta ini. Amen!!! mudah - mudahan hamba allah yang berhati bersih tidak sedikit ya mas

9:45 PM  
Blogger Kang Geri said...

aku kebelet ngeblog nih, padahal aku belum waktunya nih...
btw, mari kita coba mengimunisasi diri kita dan keluarga kita dari virus kebelet ini, amen!

10:48 PM  
Blogger indhy said...

hihii.. Assalamualaikum Mas... Btw thanks ude mampir.. Eh mas.. SB Mas mana atuh? Indhy cari2 ga ketemu2 pasang dunk... Wah cenangnyah baca2 disini hehehe... tukeran Link gimanah?

5:47 AM  
Blogger NiLA Obsidian said...

coba tarik napas dalam2...ikutin flow nya alam.....

tidak ada yg instan di dunia ini...
allah itu mencintai proses....

5:49 AM  
Blogger Alex Ramses said...

Wowww bunda,,, mengeluarkan kata bijak yang tpat, bawaannya emang marah2 mulu nih liat bangsa kocar kacir gak bermartabat gak karu2an, bener juga bunda, tarik nafas dalam, biar gak stress, pasti ada saatnya ktia bangkit.

landy; iya om, semoga gak sedikit yang berhati bersih dan bisa menjadi penggerak perubahan.

Abah; Mari bah, kita coba imunisasi diri masing2, ameenn,, semoga Tuhan kasih kekuatan.

Indhy: tukeran link, consider it done. beres. Btw, Cenang artinya apa ya hihihih,,,,,

4:56 PM  
Anonymous Anonymous said...

Kalo kita disini Om...pasti kebelet pengen cepet-cepet lulussss!!!!

Taun ini najah yo Omm........wish U all the best

7:20 PM  
Blogger -ndutyke said...

"Ketika pejabat kebelet kaya, tentu saja akibatnya akan sangat fatal. "

ntah kenapa, saya paliiing sebel liyat mobil mewah ber-plat merah... ih, gag tau malu, wakil rakyat kan seharusnya merakyat...bukannya ngabisin duit buat beli mobwah (mobil mewah)

8:42 AM  
Blogger SinceYen said...

Hidup itu sebuah aliran yang selalu mengalir mencari keseimbangan.
Mengubah sebuah keadaan yang sudah larut dalam waktu tidak semudah mengeluarkan kata-kata tentang kebobrokan mental suatu bangsa.
Semua butuh waktu, seperti proses penyembuhan, dan semoga menjadi lebih baik.

Psssst.. kemaren gw kebelet shopping. Gimana 'gak kortingnya sampe 60-70%!! :D

10:38 AM  
Blogger Kristin said...

Postingan yg bagus... slm kenal jg ya... kl ak kebelet pengen cepet pulkam... hehehe

12:56 PM  
Blogger Desi Hanara said...

MMmMMmm... What about kebelet 'Married'??? Ada biro jodoh yang representatif ngga yak??? :D :p

6:54 PM  
Anonymous Anonymous said...

Kebelet pengen jadi selebritas sastra.

Kebelet pengen bisa jalan-jalan jauh, berdua...

Berdua siapa?

Kebelet juga...

4:20 AM  
Blogger Larasati said...

Kalo saya paling sebel sama orang yg bawa mobil srunthal srunthul nyalip sna sini tanpa sopan santun.
Nah kalo nemu nyeng begini biasanya aku cuma ngelus dada sambil mbatin.."maklum...pasti sedang kebelet boker...keburu pengen nokrong!!"

9:48 AM  
Anonymous Anonymous said...

http://www.detailer-farmasi.com/

7:51 AM  

Post a Comment

<< Home

Site Meter