<body><script type="text/javascript"> function setAttributeOnload(object, attribute, val) { if(window.addEventListener) { window.addEventListener('load', function(){ object[attribute] = val; }, false); } else { window.attachEvent('onload', function(){ object[attribute] = val; }); } } </script> <div id="navbar-iframe-container"></div> <script type="text/javascript" src="https://apis.google.com/js/platform.js"></script> <script type="text/javascript"> gapi.load("gapi.iframes:gapi.iframes.style.bubble", function() { if (gapi.iframes && gapi.iframes.getContext) { gapi.iframes.getContext().openChild({ url: 'https://www.blogger.com/navbar.g?targetBlogID\x3d28922767\x26blogName\x3dOrang+Indonesia\x26publishMode\x3dPUBLISH_MODE_BLOGSPOT\x26navbarType\x3dBLACK\x26layoutType\x3dCLASSIC\x26searchRoot\x3dhttps://yamadhipati.blogspot.com/search\x26blogLocale\x3den_US\x26v\x3d2\x26homepageUrl\x3dhttp://yamadhipati.blogspot.com/\x26vt\x3d-7363143692875508944', where: document.getElementById("navbar-iframe-container"), id: "navbar-iframe" }); } }); </script>

Wednesday, November 08, 2006

Dress Code

Pakaianlah yang membuat manusia menjadi manusia. Begitu kata Emha. First impressions count, kata Donald Burleson, Seorang konsultan Dress code. Khudzuu ziinatakum 'inda kulli sholaah. Begitu sabda Tuhan. Mengakhirkan sabda Tuhan daripada perkatan Emha ataupun Donald Burleson di sini bukan berarti menomor-tigakan Tuhan. Peletakan ini semata-mata saya lakukan lantaran ayat tersebut lebih bersifat khusus. Emha selanjutnya memberikan tafsir dari aforisma yang diucapkannya seraya mengajukan sebuah contoh. Jika seseorang pergi ke pasar kemudian melepas semua pakaiannya, maka hilanglah semua harga dirinya; martabatnya sebagai manusia.

Dalam dunia bisnis, penampilan mempunyai peran yang sangat penting. Karena itu ada istilah dressing for success. Ketika seseorang harus pergi ke sebuah interview, dia harus berpenampilan yang patut dan proporsional. Tidak kelihatan gembel dan tidak berlebihan. Elegan. Cara berpakaian menunjukkan sifat dari seseorang. Bahkan cara fikir dan kecenderungan politik anda bisa dikesan dari penampilan anda. Seseorang yang selalu berpenampilan rapi dan bersih menunjukkan jiwa optimis betapapun bodohnya dia. Minimal orang seperti ini rajin mencuci pakaian, membersihkan badan serta membersihkan tempat tinggalnya. Ini berarti juga bahwa hidupnya teratur dan tepat waktu. Dia mampu mengerjakan tugas dengan rapi dan baik.

Selanjutnya penampilan dan cara berpakaian juga menunjukkan tingkat pendidikan, kemakmuran serta peradaban. Suku tertentu yang anggotanya masih telanjang atau menggunakan penutup badan minim semacam koteka, bisa dipastikan hidup dengan cara yang masih sangat primitif dan sederhana. Bahkan penggunaan sepatu bisa jadi sebuah barometer kemajuan suatu negara. Kalau penduduk suatu negara sedikit yang mengenakan sepatu, berarti hanya sedikit orang di negara tersebut memiliki pekerjaan yang layak. Sedikit yang bersekolah. Ini perlu dibedakan dengan sikap nyentrik. Sikap nyentrik itu mirip dengan sifat eksotis. Jika seseorang dengan pendidikan yang cukup, status sosial yang tinggi, kecerdasan yang lebih, bahkan memiliki ketenaran kemudian kemana-mana menggunakan sendal jepit, ini adalah nyentrik. Ini bisa menjadi nilai plus bagi dia. Seperti juga jika seorang turis pergi ke negara ketiga melihat kesahajaan cara hidup -- untuk tidak mengatakan primitif -- dan pemandangan yang berbeda dari keseharian dunia modern, ini adalah eksotisme. Tapi, penduduk yang tinggal di negara miskin tersebut tidak seharusnya melihat kemiskinan dan kebersahajaan itu sebagai sesuatu yang eksotis.

Penampilan juga bisa mengangkat martabat sebuah bangsa. Karena itu sebagai "duta bangsa", kita mahasiswa Indonesia di luar negeri seharusnya menjaga penampilan dan perilaku kita di depan warga negara yang kita tempati. Imej yang kita berikan kepada orang asing bisa sangat bermanfaat bagi bangsa kita. Jika orang asing simpatik pada kita, merekapun akan melirik kita untuk kemudian mencari tahu tentang kita. Ini pada giliranya bisa bernilai ekonomis. Kita orang Indonesia yang tinggal di luar negeri bisa diibaratkan sebagai salesmen. Jika penampilan dan mu'amalah kita baik, maka penduduk setempat akan mendekati kita dan bertanya tentang negeri asal kita. Kemudian mereka akan bertanya ada apa di Indonesia? Adakah Indonesia mempunyai produk yang kami butuhkan? Bukankah selama ini banyak barang-barang kebutuhan orang Mesir yang diimpor dari negara-negara tetangga kita, padahal produk itu bisa dibeli dari Indonesia dengan kualitas yang lebih bagus. Tapi bagaimana orang Mesir akan melirik produk kita kalau mereka melihat penampilan orang-orang Indonesia di sini seperti gembel dan tidak meyakinkan.

Saya sangat sedih melihat cara berpakaian kawan-kawan mahasiswa Indonesia di Mesir ini. Kenapa kita tidak melihat bahwa orang Mesir itu, betapapun miskinnya selalu berusaha tampil keren. Ini menunjukkan bahwa penampilan sangat penting dalam pandangan orang Mesir. Karena kita berada di negeri orang, maka seyogyanya kita memahami hal ini. Kenapa kita tidak belajar dari mahasiswa dari negeri Jiran Malaysia yang selalu bersih dan rapi dalam berpakaian. Meskipun tidak tampil "keren", mereka tidak terkesan gembel. Jika tidak bisa tampil keren, mereka menggunakan pakaian yang "Islami" sehingga tetap membuat orang mesir bersikap simpatik. Selama tidak terikat dengan professionalitas, cara berpakaian kita ini tidak harus mengikuti suatu dressing code tertentu. Kita bisa berpakaian sesuai dengan selera kita. Kita boleh memilih cara berpakaian yang "Islami" atau selalu up to date mengikuti trend atau bahkan rock n roll-way of dressing. Berpenampilan baik tidak selalu harus mengeluarkan biaya besar. Yang penting tetap terkesan bersih, rapi atau bahkan keren.

Saya punya pengalaman menarik dalam hal penampilan ini. Suatu kali saya melamar pekerjaan di sebuah perusahaan travel yang berkantor di lantai 22, Obour Tower di Jalan Sholah Salim. Setelah menunggu selama tigapuluh menit, Boss keluar menemui saya di ruang tunggu. Wawancara tidak dilakukan di ruang kerjanya melainkan di ruang tunggu dan di depan banyak karyawan yang ada. Saat itu saya mengenakan Jeans, bersepatu, T shirt, memakai kalung perak dan berambut panjang. Meskipun berambut panjang dan bergaya "ngerock", saya tidak kelihatan gembel dan bodoh. Mengenai sepatu, saya memang dari dulu terbiasa memakai sepatu setiap hari. Orang mungkin menganggap remeh dalam hal bersepatu. Tapi sebenarnya sepatu bisa mempunyai pengaruh yang sangat besar dalam hidup ataupun karir anda. Sampai-sampai Burleson pernah mengatakan: "You would be surprised at how many people judge you by your shoes". Kembali ke kisah saya. Boss kemudian menanyakan nama saya dan mengatakan: "penampilanmu bagus, rambut kamu yang panjang juga cocok". Setelah itu dia mengatakan bahwa saya bisa memulai kerja keesokan harinya. Boss tidak mempersoalkan apakah saya punya pengalaman kerja atau apakah saya menguasai berapa bahasa asing layaknya seseorang yang melamar pekerjaan di biro perjalanan. Saya yakin ini berkenaan dengan penampilan saya yang pas dengan jenis pekerjaan yang harus saya lakukan. Mungkin tidak banyak perusahaan yang mengijinkan karyawan berambut panjang bekerja di kantor dan berurusan dengan banyak orang.

Ini tidak berarti bahwa penampilan adalah segala-galanya. Tuhan memang tidak melihat bentuk lahiriyah kita atau pakaian kita. Yang bernilai di hadapan tuhan adalah ketaqwaan kita. Tapi alangkah baiknya jika ketaqwaan kepada Allah ini dibarengi dengan khusnul madzhar. 'Aliimul Madinah Imam Malik, selalu mengenakan pakaian yang bagus dengan alasan bahwa beliau menghormati ilmu yang dibawanya. Memperbagus penampilan juga tidak bertentangan dengan agama. Bukankah Allah itu jamiil dan menyukai keindahan. Dan jangan lupa bahwa nabi Islam pernah mengusir seseorang keluar dari masjid karena bau orang tersebut mengganggu jama'ah. Pakaian yang bersih dan wewangian adalah juga sunnah. Para dosen di Al Azhar juga selalu berpakaian bagus dan bersih.

Wallahu A'lamu!!!

2 Comments:

Blogger M. Lim said...

Ahh

the old age question of identity...

saya bisa terus membahas ini sampai pingsan mungkin.

Lihat saja keluhkesah semua alterego saya itu

9:32 PM  
Blogger Alex Ramses said...

:) kalau di negeri sendiri mau pakaian apapun terserah lah, kalau di negeri orang dan membawa nama bangsa,,, sebaiknya kan harus bijak dalam berpenampilan dan perbuatan.

11:50 PM  

Post a Comment

<< Home

Site Meter