<body><script type="text/javascript"> function setAttributeOnload(object, attribute, val) { if(window.addEventListener) { window.addEventListener('load', function(){ object[attribute] = val; }, false); } else { window.attachEvent('onload', function(){ object[attribute] = val; }); } } </script> <div id="navbar-iframe-container"></div> <script type="text/javascript" src="https://apis.google.com/js/platform.js"></script> <script type="text/javascript"> gapi.load("gapi.iframes:gapi.iframes.style.bubble", function() { if (gapi.iframes && gapi.iframes.getContext) { gapi.iframes.getContext().openChild({ url: 'https://www.blogger.com/navbar.g?targetBlogID\x3d28922767\x26blogName\x3dOrang+Indonesia\x26publishMode\x3dPUBLISH_MODE_BLOGSPOT\x26navbarType\x3dBLACK\x26layoutType\x3dCLASSIC\x26searchRoot\x3dhttps://yamadhipati.blogspot.com/search\x26blogLocale\x3den_US\x26v\x3d2\x26homepageUrl\x3dhttp://yamadhipati.blogspot.com/\x26vt\x3d-7363143692875508944', where: document.getElementById("navbar-iframe-container"), id: "navbar-iframe" }); } }); </script>

Thursday, November 16, 2006

Indifference

"Lupa itu sebuah karunia". Professor yang mengajar materi Psychology membuka kuliah Minggu yang lalu dengan kalimat di atas. Seseorang yang tidak pernah lupa seluruh kejadian yang dialaminya sejak kecil berupa pengalaman suka ataupun duka bisa menderita atau bahkan meledak kepalanya. Bayangkan saja jika dalam perjalanan hidup ini kita terus teringat akan kesedihan dan kejadian pahit yang kita alami. Kita akan lumpuh. Tidak bisa melakukan kegiatan apapun. Tapi, kata beliau, meskipun lupa itu sebuah ni'mah atau karunia ia juga merupakan niqmah atau bencana bagi mahasiswa. Kalau mahasiswa ketika ujian lupa apa yang sudah dipelajarinya, itu sebuah bencana.



Tapi ada bencana yang lebih besar lagi ketika seseorang lupa apa tugas utamanya di muka bumi. Tujuan penciptaanya. Tidak hendak menggurui siapapun, saya ingin mengajak anda semua mengingat-ingat. Apa tugas kita yang utama sebagai manusia? Ketika pertama kali terjadi dialog antara Tuhan dan Malaikat mengenai penciptaan manusia, Tuhan mengatakan bahwa Dia hendak menciptakan khalifah. Tuhan menyebutkan sifat dari tugas yang akan diemban oleh ciptaanya tersebut. Tidak langsung menyebutkan nama obyek ciptaan yaitu, manusia.

Khalifah adalah pengurus. Seseorang yang bertugas melakukan perbaikan dan ta'miir. Manusia harus melakukan sesuatu yang bermanfaat bagi dunia. Bagi manusia yang lain. Karena itulah tugas utama manusia di bumi sebagai khalifah. Kalau tugas utama ini tidak dilaksanakan, lalu apa jadinya manusia? Ketika utusan negara misalnya tidak menjalankan tugasnya, secara de facto dia bukan seorang utusan lagi. Meskipun dalam surat jabatan dia masih seorang utusan. Begitu juga manusia yang tidak menjalankan tugasnya, maka dia bukan lagi manusia. Manusia yang hanya asyik dengan kehidupannya sendiri, yang hanya berfikir tentang kesenangan perutnya saja bukanlah manusia. Jika anda tidak peduli dengan dunia sekitar dan kemanusiaan, anda tidak layak disebut manusia.

Kita sekarang hidup di dunia dengan sistem yang absurd. Di negara yang compang-camping. Tidak punya harga diri sebagai bangsa. Dalam keadaan seperti ini, tinggal kita yang muda atau berjiwa muda, punya kepedulian dan berfikir mencari jalan keluar. Orang-orang tua sibuk mengurus ekonomi keluarga. Waktunya tersita untuk berfikir bagaimana menghidupi anak dan istri. Para pejabat sudah terlalu sibuk dengan perutnya sendiri. Para penguasa dan politikus tidak memikirkan kita. Tidak memikirkan bangsa. Hanya sedikit dari penguasa itu yang berhati nurani. Selebihnya hanya binatang. Kalau kita yag masih punya energi untuk berfikir dan peduli tidak lagi berbuat sesuatu, tidak lagi mau menyuarakan protes, mau jadi apa bangsa kita? Akan jadi apa dunia yang kita huni sekarang ini?

Negara kita penuh dengan manusia-manusia indifferent, hedonis dan selfish. Sama sekali tak pernah berpikir tentang keadaan bangsanya. Tidak aneh jika negara kita keadaanya seperti sekarang ini. Padahal jiika ingin membuat negara kita maju, pertama-tama yang harus dibangun adalah mentalitas penduduknya. Tidak ada negara maju yang penduduknya bermental pengemis, budak dan penjilat. Bangsa kita ini sakit. Mentalitas rakyatnya sakit. Penguasa dan politikusnya sakit. Bahkan kiyai yang menjadi panutan masyarakatpun banyak yang menjadi makelar politik. Tak peduli dengan fitnah dan musibah yang menimpa bangsa.

There is nowhere to run. Kita harus hadapi ini semua bersama-sama. Revolusi atau reformasi. Kita tentukan pilihan. Jalan damai atau revolusi berdarah. Kita tidak bisa berdiam dalam proses pembusukan ini. Semua orang harus berbuat sesuatu dengan kapatisanya masing-masing. Haram bagi kita untuk tidak melakukan apa-apa demi bangsa. Kalau setiap individu warga negara Indonesia punya kesadaran untuk berbuat sesuatu bagi negara, sekecil apapun yang diperbuat itu, maka negara kita akan maju. Salah satu permasalahan kita sekarang ini adalah menipisnya rasa nasionalisme. Ketidak pedulian akan nasib bangsa.

Kita juga memerlukan kesabaran yang penuh 'azam. Perubahan yang kita inginkan tidak semudah dan secepat membalik telapak tangan. Dalam keadaan negara seperti sekarng ini banyak orang frustasi dan mengeluh. Hanya mengeluh tanpa melakukan apa-apa. Ini sifat para munafik. Kemudian mereka teriak dan memaki terjadinya reformasi. Sikap orang -orang bodoh semacam ini membuat kita semakin pusing dan marah. Mereka hanya berfikir bahwa keadaan yang sekarang ini serba sulit. Mereka ingin kembali ke masa "stabil" -- uneasy peace--sebelum reformasi. Orang-orang seperti ini berhati dan berakal cetek. Hanya bisa melihat sesuatu yang ada di depan matanya dan mencerna segala hal dengan akalnya yang bodoh. Mereka tidak tahu bahwa keadaan amburadul sekarang ini adalah akibat kesalahan sistem dan kebusukan moral penguasa di masa lalu. kaum munafik semacam ini hanya berfikir tentang perut dan kesenangan pribadi. Golongan ini biasanya adalah golongan yang cukup mapan ekonominya. Punya uang yang cukup untuk memperlancar segala urusannya. Golongan yang tidak pernah peduli dengan nasib bangsanya.

Negara-negara maju di Eropa, Amerika utara atau jepang tidak muncul dan menjadi makmur tiba-tiba. Semua bangsa yagn maju mengalami fase-fase tertentu. Fase yang sekarang kita lalui ini, mereka juga mengalaminya. Masa-masa setelah Revolusi Perancis juga penuh dengan gejolak. Fase ini adalah masa terjadinya proses pembersihan dan membangun kesadaran. Jika kita berhasil melalui fase ini dan terbentuk sebuah kesadaran nasional serta mampu membersihkan pemerintahan dari kaum binatang, maka kita akan maju selangkah lagi untuk menjadi bangsa yang maju.

Mari kita bangun kesadaran ini. Tanpa kesadaran mengenai tugas kita sebagai khalifah di bumi dan kewajiban kita sebagai warga negara, bangsa kita akan tetap berada dalam keterpurukan. "Lupa" yang merupakan anugerah bagi manusia untuk menghilangkan tekanan batin dalam menghadapi berbagai persoalan tidak boleh kita terapkan untuk membuat kita menjadi manusia yang tidak peduli akan nasib bangsa.


0 Comments:

Post a Comment

<< Home

Site Meter